Sunrise Puncak Darajat Pass Garut |
Sabtu 07 Januari 2016, pukul 21.00 WIB, mendapat ajakan dari sahabat untuk berendam di Cipanas Garut. Tanpa pikir panjang saya pun mengiyakan ajakan tersebut dan akhirnya kita sepakat berangkat pukul 23.30 dengan menggunakan mobil rental.
Setelah pulang kerja langsung berkemas pakaian untuk ganti setelah berendam nanti dan kemudian berkumpul kembali dengan teman-teman. Tapi rencana tidak selalu sesuai dengan yang diharapkan, mobil rentalnya sudah dicarter orang dan hanya menyisakan mobil matic, sementara teman saya tidak bisa mengendarai mobil tanpa kopling.
Karena terlanjur punya rencana, kita pun sepakat untuk menggunakan motor. Saya pun kembali ke rumah untuk mengambil motor, karena ban motor bocor terpaksa mencari tukiang tambal. Berhubung waktu sudah larut malam sangat susah mencari tukang tambal ban. Setelah susah payah mencari kesana kemari akhirnya menemukan warung yang sekaligus membuka tambal ban.
Ban depan kemudian dibuka oleh pemilik tambal tersebut, dari caranya membuka ban sagat tidak meyakinkan karena dia terlihat kesusahan untuk membuka ban. Benar saja saat ban terlepas ternyata ban dalam copot dari pentilnya karena tercungkil sendok tambal.
Dengan rasa jengkel akhrinya minta ganti ban baru ukuran 300/18, tapi ternyata yang ada Cuma ban ukuran 250/18 itu pun tinggal satu-satunya, untuk menambah menyesuaikan dengan ukuran ban luar saya pun membungkus ban baru tersebut dengan ban dalam yang bekas tadi. Sangat beruntung dahulu pernah belajar jadi tukang tambal ban, dan semua dikerjakan sendiri karena pemilik tambal sibuk melayani pembeli di warungnya. Tidak butuh waktu lama ban pun terpasang dengan mulus lalu membayarnya.
Usai mengganti ban dalam, saya kembali berkumpul dengan teman-teman yang sudah ada di lokasi. Kita beragkat berlima dengan menggunakan empat motor, berangkat dari Bandung pada pukul 01.00 WIB. Kita berkendara seperti biasa tidak ugal – ugalan dengan kecepatan 60 hingga 80 KM/jam. Berkendara saat malam hari melawan udara dingin tapi menyenangkan karena jalanan sepi dan tanpa hambatan. Singkat cerita kita pun tiba di Cipanas Garut pada pukul 02.00WIB.
Selfie di Cipanas Ciengang Garut |
Berendam di Cipanas Ciengang Garut
Untuk menghangatkan perut kita memesan kopi terlebih dahulu dan sedikit bertanya tentang tempat tersebut kepada pemiliknya. Menurut pemilik pemandian air panas tersebut ternyata air yang sekarang digunakan untuk mengisi kolam rendam awalnya tidak panas seperti sekarang, namun pada saat bulan puasa kemarin air yang tadinya dingin berubah menjadi panas. Setelah diketahui sumber air tersebut berubah, maka dibangunlah kolam rendam yang berada di Ciengang, bahkan pembangunannya pun belum rampung dan masih dilakukan pembangunan satu kolam lagi yang nantinya diperuntukan khusus kaum wanita. Karena pemandian air panas ini belum memiliki nama, jadi saat ditanya pun sang pemilik tempat masih kebingungan untuk memberikan nama pada wahana pemandian air panas miliknya.
Berendam di Cipanas Ciengang Garut |
Usai ngobrol basa-basi dengan pemiliknya, kita meuju kolam rendam dan ganti pakaian. Kemudian satu persatu turun ke kolam air panas untuk merasakan terapi air dan melepas lelah akibat perjalanan yang telah kita tempuh. Ada yang unik dari air yang ada di kolam rendam ini karena tidak bau belerang juga tidak keruh meskipun tanpa menggunakan kaporit. Benar kata pemiliknya, air ini memiliki keajaiban sendiri, dimana biasanya air panas memiliki bau belerang meskipun tidak menyengat tapi masih ada baunya, dari sekian bayak pemandian air panas yang pernah ditemui baru kali ini menemukan keajaiban, biasanya apabila habis berendam di air panas, kulit terasa kasar dan kalau dikerik menggunakan kuku akan berbekas putih, tapi di kolam rendam Ciengang ini tidak seperti itu, bahkan terasa bersih.
Canda tawa kita lalui bersama saat berendam, sehingga tidak terasa sudah satu jam berada di dalam air dan kulit pun mulai keriput. Lalu kita pun beranjak dari kolam tanpa membilas badan dengan air bersih lainnya karena dirasa cukup bersih dan benar walau pun tanpa dibilas tidak mengakibatkan gatal sedikitpun pada badan. Usai ganti pakaian kita istirahat menenangkan badan sambil ngobrol ngalor-ngidul menyusun rencana puerjalanan wisata untuk kedepannya. Setelah istirahat dirasa cukup perjalanan kita lanjutkan menuju puncak Darajat.
Menikmati Sunrise di Darajat Pass Garut |
Sunrise Puncak Darajat Pass Garut
Berjalan di pagi hari dengan cuaca yang dingin membuat tubuh kembali dingin dan perut mulai keroncongan minta diisi. Tiba di pasar Samarang Garut kita berhenti di tukang gorengan dan dengan lahap menyantap gorengan. Pemiliknya seorang nenek tua yang tangguh dan kuat berjualan sendiri dimalam hari, harga gorengannya pun masi murah, cuma Rp 500,- . Perut terisi penuh dan suara adzan Shubuh memanggil dari masjid sebelah pasar dan kita pun bergegas menuju tempat ibadah tersebut untuk menjalankan Shalat Shubuh.
Menjalankan Ibadah Shalat Shubuh bersama membuat kita merasa tentram dan nyaman, sehingga perjalanan pun akan aman dan selamat. Petualangan kita lanjutkan menuju puncak Darajat Pass Garut untuk berburu Sunrise alias matahari terbit. Tenyata jaraknya lumayan jauh dan berliku. Sungguh beruntung kita datang tepat waktu karena bertepatan dengan matahari terbit yang indah di balik gunung Cikuray Garut yang menjulang tinggi. Warna merah merona dan kuning keemasan terpancar dari balik gunung sehingga perjuangan kita terasa sangat berarti karena dapat menemukan sesuatu yang dicari yaitu Sunrise.
Berfoto ala rider di Darajat Pass Garut |
Meskipun cuaca di sekitar sangat dingin dan badan pun menggigil, kita tetap bertahan menikmati keindahan alam yang sangat luar biasa. Berada di ketinggian dan memandang matahari yang bersembunyi di balik awan berwarna merah dan kuning keemasan seakan kita lupa akan segala permasalahan hidup yang selama ini dihadapi. Tidak lengkap rasanya apabila kita hanya memandang matahari terbit apabila tanpa mengabadikannya, meskipun hanya menggunakan Smartphone tapi kameranya sudah cukup mumpuni untuk mengambil gambar dengan kualitas yang lumayan.
Perjalanan pulang menuju Bandung
Hari berangsur terang dan mulai terasa hangat, kita pun mulai meninggalkan puncak Darajat Pass Garut untuk kembali ke Kota Bandung. Dengan tubuh menggigil dan rasa kantuk kita menyusuri arah jalan pulang dengan membawa kepuasan tersendiri karena berhasil mendapatkan apa yang kita kejar yaitu Sunrise. Sampai jumpa Garut, suatu saat nanti kita akan berjumpa lagi untuk petualangan lainnya, pesona alammu yang cantik membuat kita akan merasa rindu untuk kembali menjelajahi seluruh tempat wisata yang ada di sana.
Baca juga artikel tentang Curug Bugbrug Bandung Barat
Terima kasih atas kunjungannya