Gerakan Nasional Revolusi Mental di Zaman Digital

Gerakan Nasional Revolusi Mental
Gerakan Nasional Revolusi Mental. 
Media sosial memiliki peranan penting dalam penyebaran informasi di zaman digital seperti sekarang ini. Namun kemudahan yang diberikan oleh layanan sosmed tersebut ternyata memiliki dua sisi yang bertolak belakang, yaitu sisi positif dan negatif. 

Dari sisi positifnya kita bisa bersilaturahmi melalui media sosial dan ada juga yang menggunakannya untuk berbisnis. Sedangkan sisi negatifnya, media sosial banyak digunakan untuk menyebarkan informasi hoaks yang kebenarannya tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Jujur saja belakangan ini (sebelum dan sesudah Pemilu) saya merasa risih dan tidak nyaman bermedia sosial karena di timeline Facebook bertebaran informasi hoaks, ejekan, dan ujaran kebencian. Banyaknya kabar hoaks tersebut secara tidak disadari telah merusak mental kita sebagai pengguna layanan sosial media.

Apakah ada cara untuk memperbaiki mental generasi bangsa ini? Untuk lebih memperkokoh kedaulatan, meningkatkan daya saing, dan mempererat persatuan bangsa kita perlu melakukan Revolusi Mental.

Revolusi Mental adalah gerakan hidup baru dengan mengubah cara pandang, cara berpikir, dan cara kerja. Dikutip dari pidato Bung Karno "Revolusi Mental merupakan satu gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala."

Lalu bagaimana cara menerapkan revolusi mental di zaman digital bagi pengguna media sosial?

Untuk belajar lebih lanjut tentang Gerakan Nasional Revolusi Mental, saya mewakili komunitas Blogger Crony menghadiri acara Gathering Positif Bermedia Sosial yang diselenggarakan di De Paviljoen, Bandung, Jawa Barat, Rabu (24/04/2019).

Tepat jam 8 pagi saya tiba di lokasi acara dan langsung mengisi data diri di meja registrasi. Kemudian petugas mengarahkan untuk ganti pakaian dan berfoto di booth yang sudah disediakan. Peserta gathering dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok integritas, etos kerja, dan gotong royong. Saya sendiri kebagian di grup integritas.

Gathering Positif Bermedia Sosial di Bandung
Gathering Positif Bermedia Sosial di Bandung
Gathering yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) ini seru banget karena menghadirkan narasumber yang berkompeten di bidangnya diantaranya Rumadi Ahmad (Perwakilan Gugus Tugas Nasional Revolusi Mental), Aldryno (perwakilan Facebook Indonesia), Alfianto (Jabar Saber Hoaks), dan Janur M. Bagus dari Kelompok Informasi Masyarakat (KIM).

Para peserta Gathering Positif Bermedia Sosial mendapatkan pemahaman tentang substansi Aksi Nyata Revolusi Mental dari Rumadi Ahmad. Berikutnya bagian Mas Valdryno menjelaskan tentang konten-konten positif yang dapat menjadi viral di Facebook dan Instagram.

Di sesi terakhir peserta gathering diajak mengenal ciri-ciri informasi hoaks dan praktik positif bermedia sosial oleh Kang Alfianto dari Saber Hoax Jabar dan Abah Janur M. Bagus dari Kelompok Informasi Masyarakat (KIM).

Informasi atau berita hoaks dibagi jadi dua yaitu misinformasi dan disinformasi. Misinformasi merupakan informasi yang tidak benar, namun orang yang menyebarkannya percaya bahwa informasi tersebut benar tanpa bermaksud membahayakan orang lain.

Disinformasi adalah informasi yang tidak benar dan orang yang menyebarkannya juga tahu kalau itu tidak benar. Informasi ini merupakan kebohongan yang sengaja disebarkan untuk menipu, mengancam, bahkan membahayakan pihak lain.

Sebagai generasi milenial yang setiap saat bergaul di sosial media, kita kudu bisa membedakan berita yang benar dan berita hoaks. Berikut ini ciri-ciri berita hoaks yang banyak beredar di media sosial:
1. Menggunakan judul yang spektakuler.
2. Menggunakan alamat website yang mirip dengan media besar.
3. Menggunakan unsur mencocok-cocokan (cocokologi).
4. Tidak mencantumkan nama penulis artikel.
5. Too good to be true.
6. Meminta agar dibagikan atau diviralkan.
7. Memanipulasi foto dan keterangan gambar.

Hoaks tidak bisa dihilangkan, tapi kita bisa menguranginya dengan cara mengonsumsi dan membagikan konten positif.
  • Menyebarkan konten positif di internet bisa dimulai dengan mengecek dulu kebenaran informasi yang didapat sebelum membagikan.
  • Ingat dengan jati diri bangsa sebagai panduannya.
  • Moralitas harus senantiasa menjadi ruh dan melandasi semua konten kita.
  • Biasakan membuat konten yang tidak mengajari/menggurui tetapi mengedukasi.
  • Membuat konten yang lebih menunjukkan keberhasilan daripada kegagalan (tergantung situasi).
Agar tidak terkena hoaks di media sosial, mulai saat ini kita harus jeli dalam mencerna informasi yang diterima. Jangan mudah percaya dengan berita yang belum jelas kebenarannya. Perhatikan beberapa faktor berikut agar tidak terkena hoaks.

  • Pastikan URL-nya, hasil editan atau bukan.
  • Pastikan judul dan isinya berhubungan.
  • Periksa waktu pemberitaan.
  • Periksa foto dan video yang disematkan.
  • Teliti sumber aslinya.
  • Bandingkan dengan sumber lain.
  • Kritis terhadap bias dan farming.

Museum Gedung Sate Bandung
Museum Gedung Sate Bandung
Pic by : Holy Glora

Museum Gedung Sate
Di akhir acara, peserta gathering diajak berkunjung ke Museum Gedung Sate. Museum ini merupakan museum pertama di Jawa Barat yang memanfaatkan high technology untuk mengenalkan kekayaan budaya Jawa Barat dan mendorong ekonomi kreatif dengan pemanfaatan kopi lokal.

Begitu masuk ke Museum Gedung Sate, langsung disuguhi panel digital information berupa monitor yang menyajikan informasi digital seputar sejarah terbentuknya Museum Gedung Sate. Pengunjung museum juga disuguhi 4D projection yang menampilkan informasi lewat gambar Museum Gedung Sate dalam bentuk hologram dengan sarana audio visual.

Berikutnya peserta diajak nonton film sejarah Gedung Sate di sebuah bioskop mini bernama The Theatre. Di ruangan Augmented Reality kita bisa merasakan sedang berada di antara para pekerja pada situasi masa lalu lewat monitor.

Buat kamu yang mau berkunjung ke Museum Gedung Sate bisa melakukan reservasi online melalui situs resmi Museum Gedung Sate di http://museumgedungsate.org. Kemudian pilih menu reservation, isi tanggal kunjungan, isi data diri atau instansi, kemudian klik reservasi. Kamu akan mendapatkan tiket voucher sebagai tanda bukti reservasi lewat email.

2 komentar:

  1. Jadi tahu saya ciri-ciri berita hoaks itu seperti apa. Kalau judulnya agak lebay sudah pasti bohong beritanya. Asik juga jalan -jalan ke Museum Gedung Sate, nambah pengetahuan sejarah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya kak, judulnya bikin penasaran. eh kalau k Bandung jangan lupa mampir ke Museum Gedung Sate ya

      Hapus

Terima kasih atas kunjungannya